PEMBAHARUAN
JAMALUDDIN AL-AFGHANI
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Pemikiran Modern Dalam Islam
Dosen Pengampu : Ilyas
Supena, M.Ag
Disusun
Oleh :
Danik Indah Sari (1401036016)
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sebagaimana telah diketahui, bentura-benturan
antara Islam dan kekuatan Eropa telah menyadarkan ummat Islam bahwa mereka
memang tertinggal jauh dari Eropa. Pada abad 19, dibanyak wilayah Islam (dunia
Islam), seperti di benua Afrika, Timur Tengah dan India, bermunculan gerakan-gerakan
pemurnian pembaharuan. Gerakan pembaharuan itu dengan segera juga memasuki
dunia politik, karena Islam memang tidak bias dipisahkan dengan politik
1.Timbulnya
gerakan-gerakan tersebut, menurut Munawir Sjadzali, paling tidak dilatar
belakangi oleh tiga hal
2.Gagasan
politik yang pertama kali muncul adalah gagasan Pan-Islamisme (persatuan Islam
sedunia) yang mula-mula di dengungkan oleh gerakan Wahabiah dan Sanusiyah
3.
Namun gagasan ini baru disuarakan denagn lantang oleh tokoh pemikir Islam
terkenal, Jamaluddin Al-Afghani (1839-1897 M).
4.
Ummat Islam menurutnya, harus meninggalkan perselisihan-perselisihan dan berjuang
dibawah panji bersama. Akan tetapi, ia juga berusaha membangkitkan semangat
local dan nasionalisme negeri-negeri Islam. Karena itu, Al-Afghani dikenal sebagai
bapak nasionalisme dalam Islam.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana riwayat hidup Jamaluddin al-Afghani?
2.
Apa saja usaha pembaruan Jamaluddin al-Afghani?
3.
Apa saja karya Jamaluddin al-Afghani?
PEMBAHASAN
A. Riwayat
Hidup Jamaluddin al-Afghani
Nama
lengkapnya Sayid Jamaluddin Al-Afghani, lahir di Asadabad pada tahun 1255
H/1838 M, wafat pada tahun 1315 H/ Tanggal 9 Maret 1897 di Istanbul. Gelar
Sayid menunjukkan bahwa ia berasal dari Husain bin Abi Thalib. Disamping nama
al-Afghani, ia juga dikenal dengan nama Asabadi. Nama Al-Afghani dinisbatkan
kepada kota kelahirannya, ia lahir dari keluarga penganut Madzhab Hanafi.[1]
Tentang
tempat kelahirannya terdapat dua persi. Menurut pengakuannya bahwa ia
dilahirkan di As’adabad dekat kanar wilayah Kabul Afghanistan. Menurut pendapat
yang lain ia lahir As’adabad dekat hamadan wilayah Persia. Al-Afghani mengaku
orang Afghanistan untuk menyelamatkan diri dari kesewenang-wenangan penguasa
Persia. Menurut Majid Fakhry, bahwa Al-Afghani dilahirkan di Asabadad Persia,
kemudian hijrah dengan keluarganya ke Qazwin dan kemudian ke Teheran, disitu ia
belajar dibawah asuhan Aqashid Shadiq, teologi Syiah yang sangat terkemuka saat
itu Teheran. Ayahnya bernama Sayid Shaftar, satu diantara keturunan itu yang
amat dihormati di negri Afghanistan. Silsilah keturunan itu ditengahnya bertemu
degan perawi hadist yang masyhur yaitu Sayid Ali At-Turmudzi dan diantaranya
samapailah kepada Husain Bin Abi Thalib.
Ali
Rahnema mengemukakan bahwa taka da sumber primer yang mendukung bahwa tempat
lahir atau besarnya Al-Afghan, tetapi banyak sumber yang mengatakan bahwa ia
lahir dan mendapat pendidikan Syi’ah di Iran. Hal ini didukung dengan banyak
tulisan tentang Al-Afghani yang memperlihatkan bahwa Al-Afghani mendapat
pendidikan di Iran dan hamper pasti di kota-kota suci Syi’ah di Irak, dia
piawai dalam filsafat islam dan dalam Syi’ah dalam madzhab Syaikhi yang
merupakan ragam Syi’ah yang sangat filosofis pada abad kedelapan belas dan
kesembilan belas.
Al-Afghan
dikenal dengan seorang banyak melakukan pengembaraan. Dari Teheran ia pindah ke
Al-Najd di Irak, pusat studi keagamaan Syi’ah, disitulah ia menghabiskan
waktunya selama empat puuh tahun sebagai murid Murtadha Al-Anshari, seorang
teologi dan sarjana yang terkenal. Pada tahun 1853 ia melewat ke india, dimana
ia diperkenalkan dengan studi-studi ilmu-ilmu Eropa. Ada waktu selanjutnya ia
melakukan perlawatan ke berbagai Negara di dunia, seperti Hijaz, Messir, Yaman,
Turki, Russia, Inggris, dan Perancis. Salah satu yang paling berkesan dari
perjalanannya ini adalah kunjungan ke Messir pada tahun 1869 dan di negeri ini
ia memulai memunculkan pemikiran pembaharuan.
Al-Afghani
seorang refornis dan modernis, dikenal pula sebagai seorang yang pernah aktif
dalam dunia politik. Hal ini dibuktikan pada tahun 1876 ia bergabung dengan
para politikus di Mesirpada tahun 1879 membentuk suatu partai politik dengan
nama Hizb al-Wathani (partai kebangsaan). Dengan partai in ia berusaha menanamkan
kesadaran nasionalisme dalam diri orang-orang mesir. Al-Afghan juga diakui
sebagai seorang filosof, jurnalis, dan sufi, namun yang lebih banyak
dipublikasikan adalah sebagai seorang politikus.
Karena
berbagai ide pembaruan yang dimunculkannya, maka ia sering mendapat tekanan
bahakan dipenjara oleh para pengusaha yang tidak setuju terhadap ide yang
diperjuangkannya. Hal itu menumbulkan adanya mitos diseputar kematiannya, bahwa
ia meninggal akibat diracuni oleh Sultan. Namun bukti yang terdokumentasi dengan
baik menyatakan bahwa Al-Afghani meninggal akibat penyakit kanker di dagunya
dan pernah di operasi.
B.
Usaha Pembaharuan Jamaluddin Al-Afghani
Salah
satu tokoh gerakan modernism klasik yang berupaya meningkatkan standar moral
dan intelektual umat islam dalam rangka menjawab bahaya ekspansionisme Barat
adalah Jamaluddin al-Afghani (1255-1315 H/ 1839-1897 M). Walaupun ia sendiri
tidak melakukan modernism intelektual, walaupun ia telah menggugah kaum
muslimin untuk mengembangkan dan menyuburkan disiplin-disiplin filosofis dan
ilmiah dengan memperluas kurikulum lembaga pendidikan dan melakukan pembaharuan
pendidikan secara umum. Menurut al-Afghani, taka da satupun dalam
prinsip-prinsip dasar islam yang tidak sesuai dengan akal atau ilmu
pengetahuan. Pandangan al-Afghani ini bertujuan memperkuat dunia islam secara
politik dalam menghadapi Barat. Dengan demikian, Jamaluddin al-Afghani
merupakan orang pertama yang menegaskan bahwa penanaman disiplin-disiplin
rasional perlu untuk membangun kembali kebudayaan dan religiusitas Islam,
meskipun di mengemukakan ini dalam terminologi abad pertengahan.[2]
Dengan
luasnya wawasan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh Al-Afghani yang didapatnya
dari sejumlah gurunya dan banyaknya pengalaman yang ia dapatkan dari hasil
perlawatannya ke berbagai wilayah di penjuru dunia, maka munculah ide dan
kemauan yang sangat kuat untuk mengadakan pembaruan di dunia islam.
Salah
satu latar belakang kultural yang mempengaruhi pemikiran Al-Afghan dalam
menggagas ide pembaruan adalah keterpurukan dunia islam (umat islam) dalam
berbagai aspek kehidupan, terjadi perpecahan atau desintegrasi hamper disemua
wilayah kekuasaan islam, umat islam telah meninggalkan ajaran islam yang
sebenarnya, kuat perpegang pada taklid, bersifat fatalistis dan meluapkankan
ilmu pengetahuan. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya kolonialisme dan
imperialism yang dilakukan oleh dunia barat sepeti Inggris dan Rusia terhadap
dunia islam. Pengaruh barat ini menimbulkan adanya kediktatoran dan depotisme
oleh para raja dan sultan di dunia islam.
Gambaran
kemunduran dan keterpurukan umat islam pada saat itu pernah dideskripsikan
dalam sebuah tulisan dengan judul “Masa lalu umat dan masa lalu kininya, serta
pengobatan bagi penyakit-penyakitnya” yang diterjemahkan dan diedit oleh Nurcholish
Madjid dalam buku yang berjudul Khasanah Intelektual Islam. Dalam tulisan itu
Al-Afghani menyebut bahwa umat islam pernah mengalami kemajuan dan kejayaan
namun kondisi itu lenyap dan sirna setelah umat islam tidah memperpegang
Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW, secara konsekuen, hidup penuh dengan
taklid dan dan mengikuti tahyul dan bid’ah.
Al-Afghani
menggambarkan kondisi umat islam sebagai seorang yang terserang anyak penyakit.
Oleh karena itu untuk dapat menyembuhkannya haruslah mengetahui macam penyakit
yang dideritanya, kemudian memilih altenatif pengobatan dan usaha penyembuhan.
Hal itu dinyatakannya tidaklah sesuatu hal yang mudah dan gampang dilakukan.
Pada bagian akhir tulisan itu, Al-Afghani mengherankan atas ungkapan masyarakat
bahwa prinsip-prinsip agama yang benar adalah hasil yang terbebas dari bid’ah
hasil ciptaan (manusia), maka akan
tumbuh pada umat kekutan persatuan, keserasian kekompakan, serta sikap lebih
mementingkan kehormatan (umat) diatas kepentingan hidup, membangkitnya untuk
memiliki keluhuran budi, meluaskan ruang lingkup pengetahuan dan mengantarkan
kepuncak peradaban yang tertinggi.
Usaha
yang dilakukan Al-Afghani dalam mewujudkan pembaruan ialah menyebarkan ide-ide
pembaruan kepada segenap lapisan umat. Usaha dimaksud dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain: pertama, melalui pengajian yang diadakan dirumahnya di jalan
Khan Halili yang dihadiri oleh para ulama terkemuka seperti Syekh Muhammad
Abdullah, Syaikh Abdul Kairm Salman, Syekh Ibrahim al-laqani, Sa’ad Zaglul dan
lain-lain. Denagn pebahasan kitab-kitab politik, tasawuf, logika, filsafat.
Cara kedua melalui ceramah-ceramah dan diskusi yang sifatnya intelektual di
frum persaudaraan, pada umumnya dihadiri oleh kalangan sastrawan, seniman,
budayawan, politikus, dan agamawan, dengan pembahasan disekitar sastra dan
perjuangan bangsa. Disini ia berusaha membelokkan arah orientasi sastra yang
pada saat itu terarah pada keagungan dan gemerlapan kalangan atas (aristoktar)
kearah kalangan bawah yaitu rakyat dengan segala penderitaan, keterbelakangan,
dan kemiskinan.[3]
C.
Karya Jamaluddin Al-Afghani
Pada
tahun 1883 ketika berada di Paris, Al-Afghani mendirikan suatu perkumpulan yang
diberi nama al-Urwah al-Wusqa (Ikatan Yang Kuat) yang anggotanya terdiri atas
orang-orang islam dari India, Mesir, Suriah, Afrika Utara, dan lain-lain.
Perkumpulan bertujuan, antara lain memperkuat rasa persaudaraan islam, membela
islam dan membawa umat islam kepada kemajuan. Sebagai sarana untuk menyampaikan
ide-ide dan kegiatannya, Al-Afghani bersama Muhammad Abduh menerbitkan majalah
berkala yang diberi nama al-Urwah al-Wusqa sama dengan nama organisasi
persaudaraan Islam (Ikatan Yang Kuat). Majalah ini hanya berumur delapan bulan
karena dunia barat melarang pengedaranya di negri-negri Islam. Majalah ini
dinilai akan menimbulkan semangat dan persatuanorang-orang Islam.
Dianatara
tulisan Al-Afghani dalam majalah al-‘Urwah al-Wusqa adalah membahas tentang
beberapa ayat al-Qur’an yang berhubungan tema-tema pembaruan yang
diperjuangkan, antara lain tentang:
1.
Berpegang dengan agama Allah dan tidak
bercerai berai (Ali Imran: 103 dan 105)
2.
Jangan mengambil orang diluar islam
untuk menjadi teman kepercayaan sendiri (Ali Imran: 118)
3.
Jangan taut mati karena mati pasti
ditemui (An-Nisa: 78)
4.
Taatlah kepada Allah dan jangan bercerai
berai (Al-Anfal: 46)
5.
Allah tidak mengubah nasib suatu kaum
kecuali mereka berusaha mengubahnya (al-ra’d:11)
6.
Orang yang beriman akan mendapan ujian
keimanan (Al-Ankabut:2)
7.
Sunnatullah berlaku pada umat terdahulu
dan sunnatullah tidak berubah (Al-Ahzab:62)
8.
Umat islam harus saling
memperingatikarena peringatan bermanfaat bagi orang-orang beriman
(Az-Zariyat:55)
9.
Bertawakal dan bertobat hanya kepada Allah
(Al-Mumtahanah:4)
10.
Allah tidak akan mendzalimi manusia,
kecuali mereka mendzalimi diri sendiri (al-Baqarah:57).
Usaha
pembaruan yang dilakuan al-Afghani selain yang dkemukakan diatas adalah membuat
karya tulis berupa buku atau artikel. Salah satu karya Al-Afghani yang
berbentuk buku yang diterbitkan adalah Al-Radd’alaa al-Dahriyin yang aslinya
ditulis dalam bahasa Persia.[4]
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Nama
lengkapnya Sayid Jamaluddin Al-Afghani, lahir di Asadabad pada tahun 1255
H/1838 M, wafat pada tahun 1315 H/ Tanggal 9 Maret 1897 di Istanbul. Gelas
Sayid menunjukkan bahwa ia berasal dari Husain bin Abi Thalib.
Dengan luasnya wawasan ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh Al-Afghani yang didapatnya dari sejumlah gurunya
dan banyaknya pengalaman yang ia dapatkan dari hasil perlawatannya ke berbagai
wilayah di penjuru dunia, maka munculah ide dan kemauan yang sangat kuat untuk
mengadakan pembaruan di dunia islam.
Dianatara
tulisan Al-Afghani dalam majalah al-‘Urwah al-Wusqa adalah membahas tentang
beberapa ayat al-Qur’an yang berhubungan tema-tema pembaruan yang
diperjuangkan. Usaha pembaruan yang dilakuan al-Afghani selain yang dkemukakan
diatas adalah membuat karya tulis berupa buku atau artikel.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono,Dick,
Kamus Populer Filsafat, Jakarta:
Rajawali Press, 1986
Hamka, Said
Djamaluddin Al-Afghani, Jakarta : Bulan Bintang, 1996
Supena,Ilyas,
Dinamika Pemikiran ISLAM MODERN,
Semarang : abshor, 2007
Mansur,Muhammad
Laily, Pemikiran Kalam Dalam Islam,
Jakarta : Pustaka Firdaus, 1994
[1]
Dick Hartono, Kamus Populer Filsafat, Jakarta:
Rajawali Press, 1986, hal.298
[2] Ilyas Supena, Dinamika Pemikiran ISLAM MODERN,
Semarang : abshor, 2007, hal. 36
[3]
Muhammad Laily Mansur, Pemikiran Kalam Dalam Islam, Jakarta : Pustaka Firdaus, 1994, hal.
90
[4]
Hamka, Said Djamaluddin Al-Afghani, Jakarta : Bulan Bintang, 1996, hal.89