PELAKSANAAN DAKWAH DI DESA NGEMPLAK-LOR KECAMATAN
MARGOYOSO KABUPATEN PATI
LAPORAN
PENGAMATAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sosiologi Dakwah
Dosen Pengampu : Suprihatiningsih,
S.Ag., M.Si
Disusun Oleh :
Danik Indah Sari (1401036016)
FAKULTAS DAKWAH
DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2017
I.
Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian dakwah?
2. Apa saja unsur-unsur dakwah?
3. Apa pengertian masyarakat desa?
4. Bagaimana karakteristik masyarakat desa?
II.
Kerangka Teori
A. Pengertian
Dakwah
Jika ditilik dari segi bahasa (etimologi), maka dakwah dapat
berarti memanggil, mengundang, mengajak, menyeru, mendorong, ataupun memohon.
Dalam ilmu tata bahasa Arab, kata dakwah merupakan mashdar dari kata kerja da`a,
yad`u, da`watan, yang berarti memanggil, menyeru, atau mengajak.
Dakwah dalam pengertian syara`
(istilah), telah dikemukakan oleh beberapa pakar keilmuan, di antaranya:
1. Syaikh
Muhammad Ash-Shawwaf mengatakan, Dakwah adalah risalah langit yang diturunkan
ke bumi, berupa hidayah Sang Khaliq kepada mahluk, yaknidin dan jalan-Nya yang
lurus yang sengaja dipilih-Nya dan dijadikan sebagai jalan satu-satunya untuk
bias selamat kembali kepada-Nya.
2. Dr.
Yusuf Al-Qaradhawi menyimpulkan bahwa,
Dakwah adalah ajakan kepada agama Allah, mengikuti petunjuk-Nya, mencari
keputusan hukum (tahkim) kepada metode-Nya di bumi, mengesakan-Nya, dalam
beribadah, meminta pertolongan dan ketaatan, melepaskan diri dari semua Thaghut yang di taati selain Allah, membenarkan
apa yang dibenarkan Allah, memandang bathil apa yang dipandang bathil oleh
Allah, amar ma`ruf nahi munkar dandan
jihad dijalan Allah. Secara ringkas, ia adalah
ajakan murni paripurna kepada islam, tidak tercemar dan tidak pula
terbagi.
3. Syaikh
Ali Machfudz dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin memberi batasan sebagai berikut
:
Membangkitkan kesadaran
manusia kepada kebaikan dan petunjuk, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari
yang mungkar supaya mereka memperoleh keberuntungan kebahagiaan dunia dan
akhirat.
4.
Dr. Muhammad Sayyid Al-Wakil
mendefinisikan, Dakwah ialah mengajak dan mengumpulkan manusia untuk kebaikan
serta membimbing mereka kepada petunjuk dengan cara ber-amar makruf nhi munkar.
5.
Dr. Taufik Al-Wa`I menjelaskan,
Dakwah ialah mengumpulkan manusia dalam kebaikan, menunjukkan mereka jalan yang
benar dengan cara merealiasikan manhaj Allah dibumi dalam ucapan dan amalan,
menyeru kepada yang makruf an mencegah dari yang munkar, membimbing mereka
kepada shirathal mustaqim dan bersabar menghadapi ujian yang menghadang di
perjalanan.[1]
B.
Unsur-Unsur Dakwah
1. Da`i
Da’i berasal dari
bahasa arab da’I yang berarti orang yang mengajak (orang yang berdakwah).
Secara umum seorang pengajak bisa saja mengajak untuk melakukan perbuatan dan
perkataan baik ataupun buruk. Tapi da’I dalam Islam adalah orang yang mengajak
orang lain kejalan kebenaran, baik dengan perbuatan perkataan,ataupun seruan
hati. Jadi da’i hanya mengajak kepada kebaikan.[2]
2. Mad`u
Mad`u atau penerima dakwah adalah seluruh umat manusia,
bik laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, miskin atau kaya, muslim
maupun non muslim, kesemuanya menjadi obyek dari kegiatan dakwah Islam ini,
semua berhak menerima ajakan dan seruan ke jalan Allah.
Pengetahuan tentang apa dan bagaimana mad`u baik jika
ditinjau dari aspek psikologi, pendidikan, lingkungan sosial, ekonomi serta
keagamaan, merupakan suatu hal yang pokok dalam dakwah. Karena hal tersebut
akan sangat membantu dalam pelaksanaan dakwah, terutama dalam hal penentuan
tingkat dan macam materi yang akan disampaikan, atau metode mana yang akan
diterapkan, serta melalui media apa yang tepat untuk dimanfaatkan, guna
menghadapi mad`u dalam proses dakwahnya.
3. Materi
Pada umumnya, materi yang disampakan dalam dakwah, adalah
ajaran-ajaran yang disyariatkan dalam Islam. Ajaran-ajaran islam yang
menitikberatkan pada bangunan akhlaqul
karimah inilah yang wajib untuk disampaikan kepada manusia, yang nantinya
diharapkan supaya ajaran-ajaran tersebut dapat diketahui, dipahami, dihayati
serta diamalkan dalam bingkai kehidupan mereka sehari-hari, sehingga hidup
mereka senantiasa berada dalam suasana religi, yang tentunya sesuai dengan
tuntunan agama.
Ajaran-ajaran yang dibawa dan diajarkan oleh Rasulullah
SAW, kepada umatnya ini meliputi aspek duniawi dan ukhrawi, yang tentunya
materi harus diseerukan dalam dakwah pun menjadi luas sekali. Adapun di antara
materi-materi tersebut, kiranya dapat kita ringkas menjadi beberapa pokok
pembahasan, di antaranya:
a) Akidah
Islam, yang meliputi tauhid dan keimanan.
b) Pembentukan
pribadi yang sempurrna, dengan berpondasikan pada nilai-nilai akhlaqul karimah.
c) Pembangunan
masyarakat yang adil dan makmur.
d) Kemakmuran
dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
e) Dan
berbagai penjelasan lainnya.
4. Media
Dakwah memang tidak cukup bila disampaikan denan lisan belaka.
Ia harus didkung oleh keberadaan media, yang menjadi salran penghubung antara
ide dengan umat, yang menjadi elemen vital serta urat nadi dalam totalitet
dakwah itu sendiri.
Media disini berupa seperangkat alat modern, yang sering kita
sebut dengan alat komunikas masa. Mengapa keberadaan media menjadi sangat
penting? Karena setiap kata yang terucap dari manusia gaungnya hanya dapat
menjangkau jarak yang sangat terbatas, sedangkan dengan memanfaatkan media
ataupun alat komunikasi massa, maka jangkauan dakwah pun tidak lagi terbtas
pada ruang dan waktu.
5. Metode
Metode bersal dari bahasa yunani methodos, yang merupakan
gabungan dari kata meta dan hodos. Meta berarti melalui, mengikuti, atau
sesudah, sedangkan hodos berarti jalan, arah atau cara. Jadi, metode bisa
diartiakan sebagai suatu cara atau jalan yang bisa ditempuh.
Adapun tujuan diadakannya metodologi dakwah adalah untuk
memberikan kemudahan dan keserasian, baik bagi pembawa dakwah itu sendiri
maupun bagi penerimanya. Pengalaman mengatakan, bahwa metode yang kurang tepat
sering kali mengakibatkan gagalnya aktivitas dakwah. Sebaliknya, terkadang
sebuah permasalahan yang sedemikian sering dikemukakan pun, apabila diramu
dengan dengan metode yang tepat, dengan gaya penyampaian yang baik, ditambah
oleh aksi retorikayang mumpuni, maka respon yang didapat pun cukup memuaskan.[3]
C. Pengertian
Desa
Pengertian desa menurut pandangan administrasi pemerintah yang
tertuang dalam undang-undang nomor 5 tahun 1979, pengertian desa dipahami
sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejmlah penduduk sebagai kesatuan
masyarakat, termasuk kesatuan masyarakat hokum, yang mempunyai organisasi
pemerintahan terendah langsung dibawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah
tangganya sendiri, dalam ikatan Negara kesatuan republic Indonesia.[4]
Pengertian dari Masyarakat Pedesaan adalah menurut Paul H.
Landis, masyarakat pedesaan adalah sekelompok orang yang mendiami suatu wilayah
tertentu dan penghuninya mempunyai hubungan erat dan mempunyai perasaan yang
sama terhadap adat kebiasaan yang ada, serta menunjukkan adanya kekeluargaan di
dalam kelompok mereka, seperti gotong royong dan tolong-menolong.
Desa, kampung atau dusun merupakan area
pemukiman yang biasa terletak di daerah dataran tinggi dan jauh dari keramaian
kota, dengan mata pencaharian yang relatif sama antar warganya seperti bertani,
nelayan dan berternak (lebih mengutamanakan
potensi alam), dan sangat bersifat toleran dalam arti sangat mementingkan aspek
kebersamaan dan kekeluargaan antar sesama warga di desanya.[5]
D. Karakteristik
Masyarakat Desa
Masyarakat
modern merupakan perkembangaan tipe masyarakat traditional, ada yang masih
dalam tahap transisi dan tahap modern. Masyarakat transisi, adalah tipikal
masyarakat desa. Pada satu sisi mereka secara sosial sudah mengadopsi kehidupan
modern seperti bergaul dengan orang-orag luar desa, bekerja di luar sector
pertanian atau nelayan (jasa da perdagangan), menempatkan informasi sebagai
kebutuhan. Pada sisi lain mereka masih menjalani kehidupan sebaagaiman
orang-orang pada masyarakat traditional. Seperti solidaritas sosialnya masih
kuat, cenderung taat pada adat istiadat, menempatkan agama sebagai sumber nilai
yang utama.
Ciri masyarakat
pedesaan menurut Jefta Leibo :
a. Mereka
bersifat homogeny dalam hal mata pencaharian, nilai-nilai dalam kebudayaan,
serta dalam sikap dan tingkah laku.
b. Kehidupan
di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi, artinya semua
anggota keluarga terlibat dalam kegiatan pertanian atau mencari nafkah.
c. Mereka
mempunyai ikatan yang khusus dengan tanah kelahrannya.
d. Hubungan
sesama anggota masyarakat bersifat intim.
Ciri kehidupan agama pada
masyarakat pedesaan:
a. Agama
masih mempunyai arti dan ikatan keoada sistem nilai dalam kehidupan masyarakat,
tetapi tidak bersifat mutlah karena masyarakat mulai dapat membedakan antara
yang sacral dan sekuler.
b. Agama
dapat bersifat mendukung adat istiadat, pada saat tertenti juga berpotensi
menjadi suatu sistem tingkah laku tandingan.
c. Agama
dapat berfungsi sebagai pemersatu, juga dapat berfungsi sebagai suatu yang
dipertentangkan dengan organisasi politik.
d. Agama
juga bisa berfungsi sebagai pembaruan kreatif, ditengah kemajuan masyarakat
yang semakin majemuk.
Metode dakwah pada
masyarakat modern:
1. Pedesaan
a. Metode
ceramah
b. Metode
keteladanan
c. Metode
infiltrasi
2. Perkotaan
a. Metode
ceramah
b. Metode
diskusi
c. Metode
musyawarah
d. Metode
islah
e. Metode
dakwah pengembangan masyarakat.[6]
Sedangkan Menurut
Landis ( ilmuan sosiologis), terdapat beberapa karateristik masyarakat desa
yang perlu dipahami, antara lain yaitu
1. Umumnya mereka
curiga terhadap orang luar yang masuk
2. Para orang tua
umumya otoriter terhadap anak-anaknya
3. Cara berfkir dan sikapnya
konservatif dan statis
4. Mereka amat toleran
terhadap nilai-nlai budayanya sendiri, sehingga kurang toleran terhadap budaya
lain
5. Adanya sikap pasrah
menerima nasib dan kurang kompetitif
6. Memiliki sikap kurang komunikatif dengan kelompok sosial
diatasnya.[7]
III.
Data dan Analisis
A. Gambaran
Umum Desa. Ngemplak-lor
Letak Geografis Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati
Kecamatan Margoyoso berada di wilayah Kabupaten Pati dengan luas wilayah
7,035,009.14 Ha. Kecamatan Margoyoso ini mempunyai 22 Desa yaitu: Desa Ngemplak
Kidul, Desa Tegalarum, Desa Soneyan, Desa Tanjungrejo, Desa Sidomukti, Desa
Pohijo, Desa Kertomulyo, Desa Langgenharjo, Desa Pangkalan, Desa Bulumanis
Kidul, Desa Bulumanis Lor, Desa Purwodadi, Desa Purworejo, Desa Ngemplak Lor,
Desa Waturoyo, Desa Cebolek Kidul, Desa Tunjungrejo, Desa Sekarjalak, Desa
Kajen, Desa Margoyoso, Desa Margotuhu Kidul dan Desa Semerak.
Penduduk Berdasarkan
Agama yang Dianut
No.
|
Agama
|
Jumlah Penduduk
|
1
|
Islam
|
75.573
|
2
|
Protestan
|
1
|
3
|
Katolik
|
98
|
4
|
Budha
|
7
|
5
|
Hindu
|
12
|
6
|
Penganut aliran
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
|
124
|
|
Jumlah
|
76.120
|
Dengan melihat tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa
mayoritas penduduk kecamatan Margoyoso adalah beragama Islam. Sebagai mayoritas,
umat Islam yang ada di kecamatan Margoyoso, maka memiliki sarana ibadah di
mana-mana. Setiap dusun di wilayah tersebut berdiri kokoh sebuah masjid sebagai
pusat kegiatan umat Islam. Di samping itu juga terdapat banyak mushalla, di
wilayah ini juga terdapat sarana ibadah lain selain sarana ibadah Islam. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Sarana Ibadah yang Ada
di kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati[8]
No.
|
Sarana Ibadah
|
Jumlah
|
1
|
Masjid
|
40
|
2
|
Surau atau Mushola
|
224
|
3
|
Gereja
|
2
|
4
|
Kuil atau Pura
|
-
|
|
Jumlah
|
266
|
Dakwah yang di pakai oleh da’i ini adalah
lebih ke pada ceramah di atas mimbar dan ceramah dari desa ke desa lain dalam
mengisi pengajianya dan dakwah secara
tidak langsung maksud dari dakwah tidak secara langsung adalah dengan
perbuatan, semisalkan dia pergi ke suatu tempat dan di tempat itu ia tidak
sengaja melihat sebatang bamboo yang melintang menghalangi jalan, dan kemudian
dia mengangkat bambu tersebut dan
membuangnya ke pinggir jalan. Secara tidak langsung orang yang melihat
berfikiran bahwa dia memberikan contoh agar tidak sembarangan menaruh barang
yang dapat menggangu orang lain.
B. Penerapan
Unsur-Unsur Dakwah di Desa Ngemplak-lor
Menurut pengamatan yang saya lihat
dari ciri-ciri keadaan kemasyarakatan di desa Ngemplak-lor, ada beberapa unsur dakwah
di daerah desa Ngemplak-lor antara lain yaitu :
1.
Metode dakwah yang biasa dilakukan di pedesaan biasanya secara langsung
misalnya dengan pengajian, tabliq akbar dan face to face, hal ini disebabkan
karena waktu dan rutinitas yang
dilakukan orang pedesaan relative masih rendah atau masih banyak waktu kosong
serta sikap individualismenya masih rendah. Dan menjadikan masjid atau musholah
sebagai tempat utama dalam berdakwah serta pesantren sebagai tempat utama untuk
pendidikan anaknya.
2.
Dari aspek da’i biasanya cenderung lebih bersifat otoriter dalam hal
penyampaian materi dakwahnya, hal ini karena sifat mad’u nya yang pasif dan
mudah menerima bukan kritikal sehingga dengan sikap otoriter membuat mad’u
mudah menerima apa saja yang disampaikan oleh da’i.
3.
Materi dakwah di pedesaan biasanya lebih bersifat agamis contohnya seperti:
ibadah, fikih, akhlak dan muamalah. Masyarakat pedesaan tidak begitu suka
dengan materi dakwah yang disangkutpautkan dengan ilmu teknilogi ataupun
politik negara.
4.
Citra da’i menjadi hal yang sangat penting dalam menyampaikan dakwah di
pedesaan dibandingkan dengan isi dakwah itu sendiri karena sifat masyarakat
desa yang sangat menghargai orang-orang yang berilmu dan jiwa
sosialitasnyatasnya yang tinggi.
5.
M,asyarakat di pedesaan lebih menyukai dakwah yang sesuai dengan tradisi mereka
yang telah ada artinnya tidak mudah untuk menerima pemahaman baru yang berbeda
dengan pemahaman islam yang telah ada di desa tersebut.
C. Dakwah
yang dipakai di masyarakat desa ngemplak-lor
Metode atau aplikasi
yang di pakai di masyarakat pedesaan ialah:
a. Dakwah bil-lisann atau dengan ceramah.
Dakwah yang berarti melaksanakan
ajaran-ajaran islam dalam berbagai aspek hidup dan kehidupan menuntut kepada
kita umumnya, pertama keterampilan memahami, merumuskan kehidupan umat, secara
definitif. Memiliki pemahaman bagai mana kondisi madu’ , menjawab tantangan
dalam dalam kondisi kehidupan sehari-hari. Dalam metode penyampaiannya
cenderung menggunakan al-quran surat
al-maidah ayat 2 yang artinya “ berbondong-bondonglah kamu di dalam berbuat
kebajikan dan taqwadan janganlah kamu bekerja sama di dalam berbuat dosa dan
permusuhan ”.
Dan ayat ini mampu
mengatasi problema yang di alami penduduk desa, karena ciri dan karakteristik
masyarakat pedesaan itu berbeda dengan masyarakat kota, dan dalam penyampaian
dakwah pun juga berbeda, mulai dari bahasa, pengetahuan, dan dan tolak ukur
dalam penyampaian materi. Jika di bandingkan masyarakat desa lebih tradisional
dalam kehidupannya seperti, masih adanya gotong royong dalam membangun rumah
orang miskin, orang jompo yang tidak mampu membagun rumah sendiri. Di dalam
aspek kesehatan misalnya, seorang da’i tersebut selalu menyarankan untuk
memelihara kebersihan baik lingkungan maupun jasmani dan rohani.
b. Dakwah Bil Hal
Dakwah Bil Hal disebut juga Dakwah
Bil Qudwah, yaitu metode dakwah melalui sikap, perbuatan, contoh, atau
keteladanan, misalnya segera mendirikan sholat begitu terdengar adzan, membantu
kaum dhuafa atau fakir-miskin, mendanai pembangunan masjid atau membantu
kegiatan dakwah, mendamaikan orang yang bermusuhan, bersikap Islami
D.
Karakteristirk
Dakwah di Pedesaan
Menghadapi masyarakat yang memiliki
kebiasaan dan kepribadian yang berbeda,
tentunya juga harus menerapkan metode atau cara dakwah yang berbeda, sehingga keberhasilan dalam
menyampaikan ajaran Illahi mencapai keberhasilan sebagaimana yang diinginkan.
a. YasinanKaum
Ibu
Masyarakat Desa
Ngemplak-lor yang memiliki penduduk beragama Islam sebagai penduduk mayoritas, merupakan salah
satu masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Berdasarkan
pengamatan, maka penulis
mendapatkan data sebagai berikut.
1.Pemateri
Warga masyarakat yang
memiliki kepedulian pada
kegiatan Yasinan ini antara lain Ibu Sholikhatun, Ibu Istikanatin. Beliau
juga merupakan salah
satu penggerak yang menggalakkan kaum ibu Desa Ngemplak-lor
agar melaksanakan ajaran agama dalam kegiatan sehari-hari.
2.Materi
Materi yang
dikemas dalam kegiatan
Yasinan antara lain pembacaan tahlil,
yasin, Al-barzanji, dan
pelaksanaan mujahadah. Kegiatan
jamaah Yasinan kaum
ibu di desa
ini tidak hanya melakukan
kegiatan pembacaan yasin semata, melaikan
juga juga diadakan
kegiatan-kegiatan lain seperti pembacaan
Al-Barzanji, pembacaan tahlil, dan pelaksanaan mujahadah.
3.Waktu pelaksanan
Waktu pelaksanaan
kegiatan yasinan adalah
tiap satu minggu sekali yang dilaksanakan bergilir di
kediaman jamaah Yasinan. Kegiatan Yasinan
Kaum Ibu ini sudah
berjalan lancar, adapun pelaksanannya kita pilih setiap
malam jumat.
4.Metode yang
diterapkan
Metode yang
diterapkan dalam penyampaian
materi dalam kegiatan Yasinan kaum
ibu adalah dengan
metode ceramah, tanya jawab, dan
juga pemberian teladan.
Dalam pemilihan
metode penyampaian
materi keagamaan pada kegiatan
Yasinan Kaum Ibu
kami memilih menggunakan metode
yang sederhana seperti ceramah dan
pemberian teladan yang baik
kepada para jamaah.
b. Tahlilan
Kaum Bapak
Sebagaimana penyelenggaraan acara
Yasinan Kaum Ibu, yang
merupakan implementasi kepedulian masyarakat
Desa Ngemplak-lor Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati dalam aktivitas
keagamaan, kaum bapakpun tidak
ketinggalan, salah satunya dengan mengadakan aktivitas keagamaan Tahlilan
Kaum Bapak.
1.Pemateri
Warga masyarakat
yang memiliki kepedulian
pada kegiatan Tahlilan Kaum Bapak ini antara lain adalah Bapak Ahmad Mathori, Bapak Sugito
Moden, Bapak Khafid, dan Ketua RT
2.Materi
Materi yang dikemas
dalam kegiatan ini adalah materi ubudiah dan muamalah keseharian, khususya bagi
kaum bapak. Dalam
pelaksanaan kegiatan ini
juga sesekali diadakan
musyawarah, membahas mengenai masalah-masalah keagamaan dan
juga desa. "Materi yang sering diangkat dalam
kegiatan Tahlilan Kaum Bapak ini merupakan materi-materi yang dekat dengan kehidupan keseharian seperti
dalam hal ubudiah dan
muamalah. Namun terkadang
juga disisipkan mengenai
pembahasan urusan-urusan desa"
3.Waktu pelaksanan
Waktu pelaksanaan
kegiatan Tahlilan Kaum Bapak adalah tiap satu bulan sekali jamaah. Dalam kegiatan
Tahilan di Desa Ngemplak-lor, kami menyelenggarakannya setiap bulan sekali
yang dilaksanakan secara bergilir
atau anjangsana di
rumah para jamaah.
4.Metode yang
diterapkan
Metode yang
diterapkan dalam penyampaian
materi dalam kegiatan Yasinan kaum bapak adalah dengan
metode ceramah, tanya jawab. Metode yang
diterapkan dalam penyampaian materi keagaman
pada kegiatan tahlilan
ini adalah metode ceramah
dan sesekali mengadakan
tanya jawab dengan jamaah.
c. TPA
Penanaman nilai-nilai
keagamaan akan lebih
efektif bila dilaksanakan sedini mungkin. Menyadari hal
tersebut, masyarakat Desa Ngemplak-or
Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati memberikan "wadah" bagi generasi
muda untuk menambah
wawasan keagamaan mereka dengan
mendirikan sebuah Taman Pendidikan
Al-Qur'an (TPA).
1.Pemateri
Meskipun kesadaran
anggota masyarakat Desa Ngemplak-lor dalam menjalanakan ibadah masih
tergolong rendah, namun dengan keterbatasan tersebut
masih ada anggota
masyarakat yang respect untuk mencetak
generasi yang Islami dengan mengadakan kegiatan TPA bagi
anak-anak Desa Ngemplak-lor. Warga yang
berperan aktif dalam
kegiatan ini antara
lain Ibu Zahroh, Ibu Siti, dan
Ibu Anis.
2.Materi
Materi yang
dikemas dalam kegiatan TPA ini adalah
materi dasar agama, semisal cara membaca Al-Qur’an dengan
tartil, tata cara dan bacaan dalam
sholat, dan pengamalan doa sehari-hari.
3.Waktu pelaksanan
Waktu pelaksanaan
kegiatan TPA ini adalah tiap hari,
kecuali hari Jum'at yang merupakan hari libur untuk kegiatan TPA ini.
4.Metode yang
diterapkan
Metode yang
diterapkan dalam penyampaian
materi dalam kegiatan TPA ini, selain
dengan ceramah dan
tanya jawab, juga menerapkan pemberian
teladan yang merupakan hal yang terpenting, mengingat anak-anak TPA masih memerlukan
figur yang dapat mereka
jadikan sebagai panutan
dalam pelaksanan ajaran agama
dalam kegiatan sehari-hari.
IV.
Kesimpulan dan Rekomendasi
A. Kesimpulan
Kondisi Kemasyarakatan di Pedesaan, Desa/kampung atau
dusun merupakan area pemukiman yang biasa terletak di daerah dataran tinggi dan
jauh dari keramaian kota, dengan mata pencaharian yang relatif sama antar
warganya seperti bertani, nelayan dan
berternak (lebih mengutamanakan potensi alam), dan sangat bersifat toleran
dalam arti sangat mementingkan aspek kebersamaan dan kekeluargaan antar sesama
warga di desanya.
Berdakwah yang merupakan hal terpenting dalam menjalankan ajaran agama haruslah berjalan
seefektif mungkin. Untuk melihat efektifitas berdakwah, pendakwah selayaknya
mengetahui segala aspek yang mendukung berjalanya dakwah yang efektif terutama
dalam aspek keadaan sosial kemasyarakatan. Karena seperti keadaan sosial di
perkotaan sangat berbeda dengan keadaan sosial di masyarakat pedesaan yang
menjadikan metode, materi dan sifat pendakwah pun harus berbeda menyesuaikan
kondisi masyarakat yang ada.
Jadi metode dakwah
yang di pakai dalam masyarakat desa cenderung dengan memakai system Tanya jawab
atau diskusi, berdakwah dengan menggunakan mimbar menjadi hal yang yang umum di
masyarakat pedesaan, akan tetapi tidak hanya menggunakan mimbar saja dakwah
yang dii pakai oleh da’i ini dakwah dengan menggunakan perbuatan yaitu
mengambil cerminan dari tinggkah laku da’i tersebut.
B. Rekomendasi
Untuk dakwah di pedesaan dilihat dari aspek ciri-ciri
masyarakat, keadaan sosial masyarakatnya
dapat disimpulakn bahwa dakwah di daerah pedesaan yang efektif haruslah:
menggunakan metode
intrapersonal(langsung) dalam
meyampaikan dakwahnya, materi dakwah harus bersifat agamis seperti
masalah ibadah, fikih dan akhlak, mengutamankan citra da’i, da’I harus bersifat
otorites namun tetap mempunyai jiwa sosial yang
tinggi dan dakwah harus bersifat informatif persuasif bukan yang hanya bersifat
informatif saja sehingga aspek ilmu dan perbuatannya bisa dapat dilakukan oleh
masyarakat desa.
Tujuan utama dalam pelaksanaan dakwah yaitu membentuk
Akhlak kariamah, sebab akhlak seseorang akan membentuk akhlak masyarakat,
negara, dan umat manusia seluruhnya. Oleh karnanya bangunan akhlak inilah yang
sangat diutamakan didalam dakwah sebagai tujuan utama-nya.
V.
Daftar Pustaka
An-Nabiry,
Fatkhul Bahri. Meniti Jakan Dakwah Bekal
Perjuangan Para Da`i, (Jakarta:
Amzah, 2008).
Elly
M. Setiadi dkk, Pengantar Sosiologi,
(Jakarta : Prenada Media Group, 2011)
Faqih,
Ahmad. Sosiologi Dakwah Teori dan Praktik,
(Semarang : CV. Karya Abadi Jaya,
2015), Hal: 101-106
Najamudin.
Metode
DakwahMenurut Al-Qur'an.
(Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.2008).
Monografi
Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati, 2016.
http://mawtaublogaddres.blogspot.co.id/2015/06/strategi-dakwah-pada-masyarakat- agraris.html
https://naifu.wordpress.com/2010/07/14/karakteristik-dakwah-di-pedesaan/
[1]
Fatkhul Bahri An-Nabiry, Meniti Jakan Dakwah
Bekal Perjuangan Para Da`i, (Jakarta : Amzah, 2008). Hal : 17-21
[3]
Fatkhul Bahri An-Nabiry, Meniti Jakan
Dakwah Bekal Perjuangan Para Da`I, (Jakarta : Amzah, 2008). Hal : 230-238
[4]
Elly M. Setiadi dkk, Pengantar Sosiologi,
(Jakarta : Prenada Media Group, 2011), Hal : 837
[5]
http://mawtaublogaddres.blogspot.co.id/2015/06/strategi-dakwah-pada-masyarakat-agraris.html
[6]
Ahmad Faqih, Sosiologi Dakwah Teori dan Praktik, (Semarang : CV. Karya Abadi
Jaya, 2015), Hal: 101-106
[7]
https://naifu.wordpress.com/2010/07/14/karakteristik-dakwah-di-pedesaan/
[8]
Monografi Kecamatan
Margoyoso Kabupaten Pati, 2016, Hal :2-24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar