Senin, 12 Juni 2017

Dakwah Pada Masyarakat Desa



PELAKSANAAN DAKWAH DI DESA NGEMPLAK-LOR KECAMATAN MARGOYOSO KABUPATEN PATI
LAPORAN PENGAMATAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sosiologi Dakwah
Dosen Pengampu : Suprihatiningsih, S.Ag., M.Si



    Disusun Oleh :
Danik Indah Sari               (1401036016)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2017


I.                   Rumusan Masalah
1.   Apa pengertian dakwah?
2.  Apa saja unsur-unsur dakwah?
3. Apa pengertian masyarakat desa?
4. Bagaimana karakteristik masyarakat desa?

II.                Kerangka Teori
A.    Pengertian Dakwah
      Jika ditilik dari segi bahasa (etimologi), maka dakwah dapat berarti memanggil, mengundang, mengajak, menyeru, mendorong, ataupun memohon. Dalam ilmu tata bahasa Arab, kata dakwah merupakan mashdar dari kata kerja da`a, yad`u, da`watan, yang berarti memanggil, menyeru, atau mengajak.
      Dakwah dalam pengertian syara` (istilah), telah dikemukakan oleh beberapa pakar keilmuan, di antaranya:
1.      Syaikh Muhammad Ash-Shawwaf mengatakan, Dakwah adalah risalah langit yang diturunkan ke bumi, berupa hidayah Sang Khaliq kepada mahluk, yaknidin dan jalan-Nya yang lurus yang sengaja dipilih-Nya dan dijadikan sebagai jalan satu-satunya untuk bias selamat kembali kepada-Nya.
2.      Dr. Yusuf  Al-Qaradhawi menyimpulkan bahwa, Dakwah adalah ajakan kepada agama Allah, mengikuti petunjuk-Nya, mencari keputusan hukum (tahkim) kepada metode-Nya di bumi, mengesakan-Nya, dalam beribadah, meminta pertolongan dan ketaatan, melepaskan diri dari semua Thaghut yang di taati selain Allah, membenarkan apa yang dibenarkan Allah, memandang bathil apa yang dipandang bathil oleh Allah, amar ma`ruf nahi munkar dandan jihad dijalan Allah. Secara ringkas, ia adalah  ajakan murni paripurna kepada islam, tidak tercemar dan tidak pula terbagi.
3.      Syaikh Ali Machfudz dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin memberi batasan sebagai berikut :
Membangkitkan kesadaran manusia kepada kebaikan dan petunjuk, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari yang mungkar supaya mereka memperoleh keberuntungan kebahagiaan dunia dan akhirat.
4.      Dr. Muhammad Sayyid Al-Wakil mendefinisikan, Dakwah ialah mengajak dan mengumpulkan manusia untuk kebaikan serta membimbing mereka kepada petunjuk dengan cara ber-amar makruf nhi munkar.
5.      Dr. Taufik Al-Wa`I menjelaskan, Dakwah ialah mengumpulkan manusia dalam kebaikan, menunjukkan mereka jalan yang benar dengan cara merealiasikan manhaj Allah dibumi dalam ucapan dan amalan, menyeru kepada yang makruf an mencegah dari yang munkar, membimbing mereka kepada shirathal mustaqim dan  bersabar menghadapi ujian yang menghadang di perjalanan.[1]
B.     Unsur-Unsur Dakwah
1.      Da`i
Da’i berasal dari bahasa arab da’I yang berarti orang yang mengajak (orang yang berdakwah). Secara umum seorang pengajak bisa saja mengajak untuk melakukan perbuatan dan perkataan baik ataupun buruk. Tapi da’I dalam Islam adalah orang yang mengajak orang lain kejalan kebenaran, baik dengan perbuatan perkataan,ataupun seruan hati. Jadi da’i hanya mengajak kepada kebaikan.[2]
2.      Mad`u
            Mad`u atau penerima dakwah adalah seluruh umat manusia, bik laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, miskin atau kaya, muslim maupun non muslim, kesemuanya menjadi obyek dari kegiatan dakwah Islam ini, semua berhak menerima ajakan dan seruan ke jalan Allah.
            Pengetahuan tentang apa dan bagaimana mad`u baik jika ditinjau dari aspek psikologi, pendidikan, lingkungan sosial, ekonomi serta keagamaan, merupakan suatu hal yang pokok dalam dakwah. Karena hal tersebut akan sangat membantu dalam pelaksanaan dakwah, terutama dalam hal penentuan tingkat dan macam materi yang akan disampaikan, atau metode mana yang akan diterapkan, serta melalui media apa yang tepat untuk dimanfaatkan, guna menghadapi mad`u dalam proses dakwahnya.
3.      Materi
            Pada umumnya, materi yang disampakan dalam dakwah, adalah ajaran-ajaran yang disyariatkan dalam Islam. Ajaran-ajaran islam yang menitikberatkan pada bangunan akhlaqul karimah inilah yang wajib untuk disampaikan kepada manusia, yang nantinya diharapkan supaya ajaran-ajaran tersebut dapat diketahui, dipahami, dihayati serta diamalkan dalam bingkai kehidupan mereka sehari-hari, sehingga hidup mereka senantiasa berada dalam suasana religi, yang tentunya sesuai dengan tuntunan agama.
            Ajaran-ajaran yang dibawa dan diajarkan oleh Rasulullah SAW, kepada umatnya ini meliputi aspek duniawi dan ukhrawi, yang tentunya materi harus diseerukan dalam dakwah pun menjadi luas sekali. Adapun di antara materi-materi tersebut, kiranya dapat kita ringkas menjadi beberapa pokok pembahasan, di antaranya:
a)      Akidah Islam, yang meliputi tauhid dan keimanan.
b)      Pembentukan pribadi yang sempurrna, dengan berpondasikan pada nilai-nilai akhlaqul karimah.
c)      Pembangunan masyarakat yang adil dan makmur.
d)     Kemakmuran dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
e)      Dan berbagai penjelasan lainnya.
4.      Media
      Dakwah memang tidak cukup bila disampaikan denan lisan belaka. Ia harus didkung oleh keberadaan media, yang menjadi salran penghubung antara ide dengan umat, yang menjadi elemen vital serta urat nadi dalam totalitet dakwah itu sendiri.
      Media disini berupa seperangkat alat modern, yang sering kita sebut dengan alat komunikas masa. Mengapa keberadaan media menjadi sangat penting? Karena setiap kata yang terucap dari manusia gaungnya hanya dapat menjangkau jarak yang sangat terbatas, sedangkan dengan memanfaatkan media ataupun alat komunikasi massa, maka jangkauan dakwah pun tidak lagi terbtas pada ruang dan waktu.
5.      Metode
      Metode bersal dari bahasa yunani methodos, yang merupakan gabungan dari kata meta dan hodos. Meta berarti melalui, mengikuti, atau sesudah, sedangkan hodos berarti jalan, arah atau cara. Jadi, metode bisa diartiakan sebagai suatu cara atau jalan yang bisa ditempuh.
      Adapun tujuan diadakannya metodologi dakwah adalah untuk memberikan kemudahan dan keserasian, baik bagi pembawa dakwah itu sendiri maupun bagi penerimanya. Pengalaman mengatakan, bahwa metode yang kurang tepat sering kali mengakibatkan gagalnya aktivitas dakwah. Sebaliknya, terkadang sebuah permasalahan yang sedemikian sering dikemukakan pun, apabila diramu dengan dengan metode yang tepat, dengan gaya penyampaian yang baik, ditambah oleh aksi retorikayang mumpuni, maka respon yang didapat pun cukup memuaskan.[3]
C.     Pengertian Desa
      Pengertian desa menurut pandangan administrasi pemerintah yang tertuang dalam undang-undang nomor 5 tahun 1979, pengertian desa dipahami sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejmlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat, termasuk kesatuan masyarakat hokum, yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri, dalam ikatan Negara kesatuan republic Indonesia.[4]
      Pengertian dari Masyarakat Pedesaan adalah menurut Paul H. Landis, masyarakat pedesaan adalah sekelompok orang yang mendiami suatu wilayah tertentu dan penghuninya mempunyai hubungan erat dan mempunyai perasaan yang sama terhadap adat kebiasaan yang ada, serta menunjukkan adanya kekeluargaan di dalam kelompok mereka, seperti gotong royong dan tolong-menolong.
      Desa, kampung atau dusun merupakan area pemukiman yang biasa terletak di daerah dataran tinggi dan jauh dari keramaian kota, dengan mata pencaharian yang relatif sama antar warganya seperti bertani, nelayan  dan berternak (lebih mengutamanakan potensi alam), dan sangat bersifat toleran dalam arti sangat mementingkan aspek kebersamaan dan kekeluargaan antar sesama warga di desanya.[5]      
D.    Karakteristik Masyarakat Desa
      Masyarakat modern merupakan perkembangaan tipe masyarakat traditional, ada yang masih dalam tahap transisi dan tahap modern. Masyarakat transisi, adalah tipikal masyarakat desa. Pada satu sisi mereka secara sosial sudah mengadopsi kehidupan modern seperti bergaul dengan orang-orag luar desa, bekerja di luar sector pertanian atau nelayan (jasa da perdagangan), menempatkan informasi sebagai kebutuhan. Pada sisi lain mereka masih menjalani kehidupan sebaagaiman orang-orang pada masyarakat traditional. Seperti solidaritas sosialnya masih kuat, cenderung taat pada adat istiadat, menempatkan agama sebagai sumber nilai yang utama.
Ciri masyarakat pedesaan menurut Jefta Leibo :
a.       Mereka bersifat homogeny dalam hal mata pencaharian, nilai-nilai dalam kebudayaan, serta dalam sikap dan tingkah laku.
b.      Kehidupan di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi, artinya semua anggota keluarga terlibat dalam kegiatan pertanian atau mencari nafkah.
c.       Mereka mempunyai ikatan yang khusus dengan tanah kelahrannya.
d.      Hubungan sesama anggota masyarakat bersifat intim.
Ciri kehidupan agama pada masyarakat pedesaan:
a.       Agama masih mempunyai arti dan ikatan keoada sistem nilai dalam kehidupan masyarakat, tetapi tidak bersifat mutlah karena masyarakat mulai dapat membedakan antara yang sacral dan sekuler.
b.      Agama dapat bersifat mendukung adat istiadat, pada saat tertenti juga berpotensi menjadi suatu sistem tingkah laku tandingan.
c.       Agama dapat berfungsi sebagai pemersatu, juga dapat berfungsi sebagai suatu yang dipertentangkan dengan organisasi politik.
d.      Agama juga bisa berfungsi sebagai pembaruan kreatif, ditengah kemajuan masyarakat yang semakin majemuk.
Metode dakwah pada masyarakat modern:
1.      Pedesaan
a.       Metode ceramah
b.      Metode keteladanan
c.       Metode infiltrasi
2.      Perkotaan
a.       Metode ceramah
b.      Metode diskusi
c.       Metode musyawarah
d.      Metode islah
e.       Metode dakwah pengembangan masyarakat.[6]
Sedangkan Menurut Landis ( ilmuan sosiologis), terdapat beberapa karateristik masyarakat desa yang perlu dipahami, antara lain yaitu
1. Umumnya mereka curiga terhadap orang luar yang masuk
2. Para orang tua umumya otoriter terhadap anak-anaknya
3. Cara berfkir dan sikapnya konservatif dan statis
4. Mereka amat toleran terhadap nilai-nlai budayanya sendiri, sehingga kurang toleran terhadap budaya lain
5. Adanya sikap pasrah menerima nasib dan kurang kompetitif
6. Memiliki sikap  kurang komunikatif dengan kelompok sosial diatasnya.[7]
III.             Data dan Analisis
A.    Gambaran Umum Desa. Ngemplak-lor
            Letak Geografis Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Kecamatan Margoyoso berada di wilayah Kabupaten Pati dengan luas wilayah 7,035,009.14 Ha. Kecamatan Margoyoso ini mempunyai 22 Desa yaitu: Desa Ngemplak Kidul, Desa Tegalarum, Desa Soneyan, Desa Tanjungrejo, Desa Sidomukti, Desa Pohijo, Desa Kertomulyo, Desa Langgenharjo, Desa Pangkalan, Desa Bulumanis Kidul, Desa Bulumanis Lor, Desa Purwodadi, Desa Purworejo, Desa Ngemplak Lor, Desa Waturoyo, Desa Cebolek Kidul, Desa Tunjungrejo, Desa Sekarjalak, Desa Kajen, Desa Margoyoso, Desa Margotuhu Kidul dan Desa Semerak.

Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut
No.
Agama
Jumlah Penduduk
1
Islam
75.573
2
Protestan
1
3
Katolik
98
4
Budha
7
5
Hindu
12
6
Penganut aliran kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
124

Jumlah
76.120

            Dengan melihat tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk kecamatan Margoyoso adalah beragama Islam. Sebagai mayoritas, umat Islam yang ada di kecamatan Margoyoso, maka memiliki sarana ibadah di mana-mana. Setiap dusun di wilayah tersebut berdiri kokoh sebuah masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam. Di samping itu juga terdapat banyak mushalla, di wilayah ini juga terdapat sarana ibadah lain selain sarana ibadah Islam. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Sarana Ibadah yang Ada di kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati[8]

No.
Sarana Ibadah
Jumlah
1
Masjid
40
2
Surau atau Mushola
224
3
Gereja
2
4
Kuil atau Pura
-

Jumlah
266

             Dakwah yang di pakai oleh da’i ini adalah lebih ke pada ceramah di atas mimbar dan ceramah dari desa ke desa lain dalam mengisi pengajianya  dan dakwah secara tidak langsung maksud dari dakwah tidak secara langsung adalah dengan perbuatan, semisalkan dia pergi ke suatu tempat dan di tempat itu ia tidak sengaja melihat sebatang bamboo yang melintang menghalangi jalan, dan kemudian dia mengangkat bambu tersebut  dan membuangnya ke pinggir jalan. Secara tidak langsung orang yang melihat berfikiran bahwa dia memberikan contoh agar tidak sembarangan menaruh barang yang dapat menggangu orang lain.
B.     Penerapan Unsur-Unsur Dakwah di Desa Ngemplak-lor
            Menurut pengamatan yang saya lihat dari ciri-ciri keadaan kemasyarakatan di desa Ngemplak-lor, ada beberapa unsur dakwah di daerah desa Ngemplak-lor antara lain yaitu :
1. Metode dakwah yang biasa dilakukan di pedesaan biasanya secara langsung misalnya dengan pengajian, tabliq akbar dan face to face, hal ini disebabkan karena waktu  dan rutinitas yang dilakukan orang pedesaan relative masih rendah atau masih banyak waktu kosong serta sikap individualismenya masih rendah. Dan menjadikan masjid atau musholah sebagai tempat utama dalam berdakwah serta pesantren sebagai tempat utama untuk pendidikan anaknya.
2. Dari aspek da’i biasanya cenderung lebih bersifat otoriter dalam hal penyampaian materi dakwahnya, hal ini karena sifat mad’u nya yang pasif dan mudah menerima bukan kritikal sehingga dengan sikap otoriter membuat mad’u mudah menerima apa saja yang disampaikan oleh da’i.
3. Materi dakwah di pedesaan biasanya lebih bersifat agamis contohnya seperti: ibadah, fikih, akhlak dan muamalah. Masyarakat pedesaan tidak begitu suka dengan materi dakwah yang disangkutpautkan dengan ilmu teknilogi ataupun politik negara.
4. Citra da’i menjadi hal yang sangat penting dalam menyampaikan dakwah di pedesaan dibandingkan dengan isi dakwah itu sendiri karena sifat masyarakat desa yang sangat menghargai orang-orang yang berilmu dan jiwa sosialitasnyatasnya yang tinggi.
5. M,asyarakat di pedesaan lebih menyukai dakwah yang sesuai dengan tradisi mereka yang telah ada artinnya tidak mudah untuk menerima pemahaman baru yang berbeda dengan pemahaman islam yang telah ada di desa tersebut.
C.     Dakwah yang dipakai di masyarakat desa ngemplak-lor
Metode atau aplikasi yang di pakai di masyarakat pedesaan ialah:
a.       Dakwah bil-lisann atau dengan ceramah.
Dakwah yang berarti melaksanakan ajaran-ajaran islam dalam berbagai aspek hidup dan kehidupan menuntut kepada kita umumnya, pertama keterampilan memahami, merumuskan kehidupan umat, secara definitif. Memiliki pemahaman bagai mana kondisi madu’ , menjawab tantangan dalam dalam kondisi kehidupan sehari-hari. Dalam metode penyampaiannya cenderung menggunakan  al-quran surat al-maidah ayat 2 yang artinya “ berbondong-bondonglah kamu di dalam berbuat kebajikan dan taqwadan janganlah kamu bekerja sama di dalam berbuat dosa dan permusuhan ”.
Dan ayat ini mampu mengatasi problema yang di alami penduduk desa, karena ciri dan karakteristik masyarakat pedesaan itu berbeda dengan masyarakat kota, dan dalam penyampaian dakwah pun juga berbeda, mulai dari bahasa, pengetahuan, dan dan tolak ukur dalam penyampaian materi. Jika di bandingkan masyarakat desa lebih tradisional dalam kehidupannya seperti, masih adanya gotong royong dalam membangun rumah orang miskin, orang jompo yang tidak mampu membagun rumah sendiri. Di dalam aspek kesehatan misalnya, seorang da’i tersebut selalu menyarankan untuk memelihara kebersihan baik lingkungan maupun jasmani dan rohani.
    b. Dakwah Bil Hal
Dakwah Bil Hal disebut juga Dakwah Bil Qudwah, yaitu metode dakwah melalui sikap, perbuatan, contoh, atau keteladanan, misalnya segera mendirikan sholat begitu terdengar adzan, membantu kaum dhuafa atau fakir-miskin, mendanai pembangunan masjid atau membantu kegiatan dakwah, mendamaikan orang yang bermusuhan, bersikap Islami
D.    Karakteristirk Dakwah di Pedesaan
Menghadapi masyarakat yang memiliki kebiasaan dan kepribadian yang    berbeda, tentunya juga harus menerapkan metode atau cara dakwah yang   berbeda, sehingga keberhasilan dalam menyampaikan ajaran Illahi mencapai keberhasilan sebagaimana yang diinginkan.
a.       YasinanKaum Ibu
Masyarakat Desa Ngemplak-lor yang memiliki penduduk beragama Islam    sebagai penduduk mayoritas, merupakan salah satu masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Berdasarkan pengamatan,  maka  penulis  mendapatkan data sebagai berikut.
1.Pemateri
Warga masyarakat  yang  memiliki  kepedulian  pada  kegiatan Yasinan   ini antara   lain Ibu Sholikhatun, Ibu Istikanatin.  Beliau  juga  merupakan  salah  satu  penggerak  yang menggalakkan kaum ibu Desa Ngemplak-lor agar melaksanakan ajaran agama dalam kegiatan sehari-hari.
2.Materi
Materi   yang  dikemas  dalam   kegiatan  Yasinan  antara   lain pembacaan   tahlil,    yasin,    Al-barzanji,    dan    pelaksanaan mujahadah. Kegiatan  jamaah  Yasinan  kaum  ibu  di  desa  ini tidak   hanya  melakukan   kegiatan   pembacaan   yasin semata,  melaikan  juga  juga  diadakan  kegiatan-kegiatan lain  seperti  pembacaan  Al-Barzanji,  pembacaan  tahlil, dan pelaksanaan mujahadah.
3.Waktu pelaksanan
Waktu  pelaksanaan  kegiatan  yasinan  adalah  tiap  satu  minggu sekali yang dilaksanakan bergilir di kediaman jamaah Yasinan. Kegiatan Yasinan  Kaum  Ibu ini  sudah  berjalan lancar,  adapun  pelaksanannya kita pilih  setiap  malam jumat.
4.Metode yang diterapkan
Metode  yang  diterapkan  dalam  penyampaian  materi  dalam kegiatan  Yasinan kaum  ibu  adalah  dengan  metode  ceramah, tanya jawab, dan juga pemberian teladan.
Dalam   pemilihan   metode   penyampaian   materi keagamaan   pada   kegiatan   Yasinan   Kaum   Ibu   kami memilih  menggunakan  metode  yang  sederhana  seperti ceramah  dan  pemberian  teladan yang  baik  kepada  para jamaah.
b.      Tahlilan Kaum Bapak
Sebagaimana  penyelenggaraan  acara  Yasinan  Kaum  Ibu, yang  merupakan implementasi  kepedulian  masyarakat  Desa Ngemplak-lor Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati dalam aktivitas keagamaan, kaum    bapakpun    tidak   ketinggalan, salah satunya dengan mengadakan  aktivitas keagamaan  Tahlilan  Kaum  Bapak.
1.Pemateri
Warga  masyarakat  yang  memiliki  kepedulian  pada  kegiatan Tahlilan  Kaum Bapak ini antara  lain adalah Bapak Ahmad Mathori, Bapak Sugito Moden, Bapak Khafid, dan Ketua RT
2.Materi
Materi yang dikemas dalam kegiatan ini adalah materi ubudiah dan muamalah keseharian, khususya  bagi  kaum  bapak. Dalam pelaksanaan  kegiatan  ini  juga  sesekali diadakan musyawarah, membahas mengenai masalah-masalah keagamaan  dan  juga desa. "Materi  yang  sering diangkat  dalam  kegiatan Tahlilan Kaum Bapak ini merupakan materi-materi yang dekat  dengan kehidupan keseharian  seperti  dalam  hal ubudiah  dan  muamalah.  Namun  terkadang  juga  disisipkan mengenai pembahasan urusan-urusan desa"
3.Waktu pelaksanan
Waktu pelaksanaan kegiatan Tahlilan Kaum Bapak adalah tiap satu bulan sekali   jamaah. Dalam  kegiatan  Tahilan  di  Desa Ngemplak-lor,  kami menyelenggarakannya setiap bulan sekali yang dilaksanakan  secara  bergilir  atau  anjangsana  di  rumah para jamaah.
4.Metode yang diterapkan
Metode  yang  diterapkan  dalam  penyampaian  materi  dalam kegiatan  Yasinan kaum bapak adalah  dengan  metode  ceramah, tanya jawab. Metode   yang   diterapkan   dalam   penyampaian materi   keagaman   pada   kegiatan   tahlilan   ini   adalah metode  ceramah  dan  sesekali  mengadakan  tanya  jawab dengan jamaah.
c.       TPA
Penanaman  nilai-nilai  keagamaan  akan  lebih  efektif  bila dilaksanakan  sedini mungkin. Menyadari  hal  tersebut,  masyarakat Desa Ngemplak-or Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati memberikan "wadah"    bagi    generasi    muda    untuk   menambah    wawasan keagamaan  mereka dengan mendirikan  sebuah Taman Pendidikan Al-Qur'an  (TPA).
1.Pemateri
Meskipun  kesadaran  anggota  masyarakat  Desa Ngemplak-lor dalam menjalanakan ibadah  masih  tergolong  rendah,  namun dengan keterbatasan   tersebut   masih   ada   anggota   masyarakat   yang respect untuk    mencetak    generasi    yang    Islami dengan mengadakan kegiatan TPA bagi anak-anak Desa Ngemplak-lor. Warga yang  berperan  aktif  dalam  kegiatan  ini  antara  lain  Ibu Zahroh, Ibu Siti, dan Ibu Anis.
2.Materi
Materi  yang  dikemas  dalam  kegiatan TPA ini  adalah  materi dasar   agama,   semisal cara membaca Al-Qur’an dengan tartil, tata cara dan bacaan dalam   sholat, dan pengamalan doa sehari-hari.
3.Waktu pelaksanan
Waktu  pelaksanaan  kegiatan TPA  ini adalah  tiap hari,  kecuali hari Jum'at yang merupakan hari libur untuk kegiatan TPA ini.
4.Metode yang diterapkan
Metode  yang  diterapkan  dalam  penyampaian  materi  dalam kegiatan TPA  ini, selain  dengan  ceramah  dan  tanya  jawab, juga menerapkan pemberian teladan yang merupakan hal yang terpenting, mengingat anak-anak TPA masih memerlukan figur yang  dapat  mereka  jadikan  sebagai  panutan  dalam  pelaksanan ajaran agama dalam kegiatan sehari-hari.

IV.             Kesimpulan dan Rekomendasi
A.    Kesimpulan
            Kondisi Kemasyarakatan di Pedesaan, Desa/kampung atau dusun merupakan area pemukiman yang biasa terletak di daerah dataran tinggi dan jauh dari keramaian kota, dengan mata pencaharian yang relatif sama antar warganya seperti bertani, nelayan  dan berternak (lebih mengutamanakan potensi alam), dan sangat bersifat toleran dalam arti sangat mementingkan aspek kebersamaan dan kekeluargaan antar sesama warga di desanya.
            Berdakwah yang merupakan hal terpenting dalam  menjalankan ajaran agama haruslah berjalan seefektif mungkin. Untuk melihat efektifitas berdakwah, pendakwah selayaknya mengetahui segala aspek yang mendukung berjalanya dakwah yang efektif terutama dalam aspek keadaan sosial kemasyarakatan. Karena seperti keadaan sosial di perkotaan sangat berbeda dengan keadaan sosial di masyarakat pedesaan yang menjadikan metode, materi dan sifat pendakwah pun harus berbeda menyesuaikan kondisi masyarakat yang ada.
            Jadi  metode dakwah yang di pakai dalam masyarakat desa cenderung dengan memakai system Tanya jawab atau diskusi, berdakwah dengan menggunakan mimbar menjadi hal yang yang umum di masyarakat pedesaan, akan tetapi tidak hanya menggunakan mimbar saja dakwah yang dii pakai oleh da’i ini dakwah dengan menggunakan perbuatan yaitu mengambil cerminan dari tinggkah laku da’i tersebut.




B.     Rekomendasi
            Untuk dakwah di pedesaan dilihat dari aspek ciri-ciri masyarakat, keadaan sosial masyarakatnya  dapat disimpulakn bahwa dakwah di daerah pedesaan yang efektif haruslah: menggunakan  metode intrapersonal(langsung) dalam  meyampaikan dakwahnya, materi dakwah harus bersifat agamis seperti masalah ibadah, fikih dan akhlak, mengutamankan citra da’i, da’I harus bersifat otorites namun tetap mempunyai jiwa sosial yang  tinggi dan dakwah harus bersifat informatif  persuasif bukan yang hanya bersifat informatif saja sehingga aspek ilmu dan perbuatannya bisa dapat dilakukan oleh masyarakat desa.
            Tujuan utama dalam pelaksanaan dakwah yaitu membentuk Akhlak kariamah, sebab akhlak seseorang akan membentuk akhlak masyarakat, negara, dan umat manusia seluruhnya. Oleh karnanya bangunan akhlak inilah yang sangat diutamakan didalam dakwah sebagai tujuan utama-nya.
V.                Daftar Pustaka
An-Nabiry, Fatkhul Bahri. Meniti Jakan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da`i,            (Jakarta: Amzah, 2008). 
Elly M. Setiadi dkk, Pengantar Sosiologi, (Jakarta : Prenada Media Group, 2011)
Faqih, Ahmad. Sosiologi Dakwah Teori dan Praktik, (Semarang : CV. Karya Abadi     Jaya, 2015), Hal: 101-106
Najamudin. Metode  DakwahMenurut  Al-Qur'an. (Yogyakarta:  Pustaka Insan            Madani.2008).
Monografi Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati, 2016.
http://mawtaublogaddres.blogspot.co.id/2015/06/strategi-dakwah-pada-masyarakat-    agraris.html
https://naifu.wordpress.com/2010/07/14/karakteristik-dakwah-di-pedesaan/
                          


[1] Fatkhul Bahri An-Nabiry, Meniti Jakan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da`i, (Jakarta : Amzah, 2008).  Hal : 17-21
[2] Najamudin. Metode  DakwahMenurut  Al-Qur'an. (Yogyakarta:  Pustaka Insan Madani.2008). Hal: 19
[3] Fatkhul Bahri An-Nabiry, Meniti Jakan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da`I, (Jakarta : Amzah, 2008).  Hal : 230-238
[4] Elly M. Setiadi dkk, Pengantar Sosiologi, (Jakarta : Prenada Media Group, 2011), Hal : 837
[5] http://mawtaublogaddres.blogspot.co.id/2015/06/strategi-dakwah-pada-masyarakat-agraris.html
[6] Ahmad Faqih, Sosiologi Dakwah Teori dan Praktik, (Semarang : CV. Karya Abadi Jaya, 2015), Hal: 101-106
[7] https://naifu.wordpress.com/2010/07/14/karakteristik-dakwah-di-pedesaan/
[8] Monografi Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati, 2016, Hal :2-24